24.10.10

1st part of trilogy; first step for stepping many steps

hallo kawanku dimanapun kalian berada! senang bisa menulis lagi disini, di depan layar 12 inchi laptop butut-ku. posting kali adalah salah satu bagian trilogiku, yang membahas tentang kenapa dan bagaimana aku bisa terdampar disini, Jerman. menuntut ilmu, mencari pengalaman, berjauhan dengan keluarga alasannya bisa kalian temukan nanti. inilah ceritaku kawan!

awal dari melangkahnya pikir ku untuk kesini, diawali dengan sebuah "keisengan" sebenarnya. sekitar akhir Oktober 2008, 2 orang lelaki memasuki kelasku ( saat itu aku kelas 3 SMA ), mereka adalah Priyan Destiana dan Edward Bona Sinambela. nama pertama yang kusebut adalah seorang pimpinan dari sebuah biro jasa pelayanan studi di Jerman, Stufen Internasional. intinya, biro ini memberangkatkan anak-anak Indonesia untuk kuliah ke Jerman. sedang lelaki satunya lagi rupanya adalah alumni sebuah sekolah menengah swasta di Batam yang akan berangkat ke Jerman melalui Stufen ini. singkat cerita, mereka berdua menuturkan segala hal tentang Jerman, Eropa, pendidikan, Stufen dan lainnya. aku tertarik, bukan karena Jerman-nya, tapi faktor Eropa lah yang membuatku sedikit terusik.


mengapa Eropa mengusikku? mengapa harus benua biru itu? hey kawan! tak ingatkah kalian siapa aku? seorang pemimpi. manusia sepertiku, jika tak lagi boleh dan mau bermimpi, mau menjadi apa? mimpi-mimpiku tentunya berakar, tak asal keluar dan membuncah dari lubuk hati. semua berawal dari kesukaanku membaca. teman dekatku (bahkan sudah menjadi saudari bagiku) , Suci Handini, memperkenalkanku sebuah karya terbaik anak bangsa yang membuatku ingin mencabar tantangan, menembus segala kesulitan dan memecahkannya dengan kekuatanku sendiri. tetralogi karya Andrea Hirata, itulah kira-kira nama singkatnya. tetralogi ini terdiri dari Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov. LP dan SP sendiri tanpa kusadari mengusikku, aku merasa berada di dalam cerita itu, aku merasa menjadi seorang dari anggota Laskar Pelangi. lantas apa hubungannya dengan Eropa? edensor kawan! edensor! buku ini membuatku boleh bermimpi menapakki Eropa dengan kakiku, kaki yang selama ini berpijak di tanah melayu.


kembali ke kelas lagi. ketika Herr (sebutan Bapak dalam German) Priyan, kusingkat HP, menjelaskan panjang lebar tentang semua yang hendak ia jelaskan, akhirnya brosur dan segala keterangan baik tentang Stufen, Jerman dan Pendidikan pun dibagikan. amplop putih dengan motif hijau itu pun akhirnya singgah ke tanganku. kubuka, kuamati sekilas dan kuputuskan untuk membacanya dirumah. sebelum mengakhiri presentasi, seperti biasa, selalu ada sesi tanya jawab. kuajukan 1 pertanyaan untuk HP, "apakah lulusan Jerman bisa langsung mendapatkan pekerjaan di Jerman? dalam artian, tidak akan ada istilah menganggur?". jawaban dari HP cukup menusuk ke inti dan menjawab semuanya, "lulusan Jerman akan selalu dipandang, apapun jurusannya. siapapun anda. dari mana anda berasal. 1 yang pasti, tak ada universitas mana pun yang menjamin pekerjaan di dunia ini, tapi untuk lulusan Jerman, bisa dipastikan kesulitan menemukan pekerjaan tidak akan dirasakan". hari itu kawan, bergegas aku kerumah, tak sabar hati ini menahan hasrat membongkar amplop itu. hatiku berdebar di tengah jalan, kakiku tak berpijak.


sesampai dirumah, mamaku tentu orang pertama yang kuberi kabar ini. responnya? tersenyum. beliau heran, anaknya yang selama ini kurang terlalu tertarik untuk kuliah di luar Indonesia ( dulu pernah aku ditawari Mama SMA di Singapore, tapi kutolak mentah-mentah dengan alasan yang juga kurang jelas ) mendadak memberikan sebundel amplop yang berisikan tentang cara kuliah ke Negeri Hitler ini. mama menarik nafas panjang, melihatku, membelai kepalaku lalu bertanya apakah aku benar-benar ingin kesana atau hanya sekedar "hangat-hangat tai ayam"? aku menjawab dengan mantap, aku ingin membelah Eropa ma. aku ingin menapaki kakiku di benua seberang sana. aku ingin mencari jati diriku. aku ingin melangkah sejauh aku mampu melangkah.


waktu pun berjalan. keputusan akhirnya diambil olehku dan Mama ketika kami sedang berlibur di Bali. 31 Desember 2008, malam itu, di sebuah hotel,  semuanya diputuskan, aku kuliah ke Jerman. sesegera mungkin Mama mengabarkan berita ini ke HP. mamaku, mama nomer 1 di dunia, segera membuat janji dengan HP untuk bertemu di Jakarta, tepatnya di bandara Soekarno-Hatta. kami bertemu, tanda-tangan kontrak dan penyerahan uang. resmilah aku menjadi murid Stufen Internasional, sebuah institusi bahasa sekaligus biro jasa yang  setelahnya kuketahui "they serve us like family".


maukah kalian tau kawan bagaimana ceritaku selanjutnya? bagaimana kupelajari bahasa maha-susah tapi membawaku ke dunia baru untuk menapaki sesuatu yang tak pernah kusentuh? maukah kalian mendengar juga keluh kesahku selama di kamar kos.an ku di Jakarta selama les bahasa? inginkah kalian juga mengetahui perjuanganku menembus Studienkolleg di berbagai Universitas? tunggu kehadiran "Balada Remaja Labil" dan "Germanisasi".