8.8.10

ketika sepotong kecil mimpi telah diraih


Hallo Penggemar Tempe Bacem! maaf buat posting kali ini, yang turunnya sangat lama sekali. buat post kali ini, aku akan menceritakan tentang sebuah mimpi kecilku yang baru saja kuraih. Paris dan Amsterdam. 2 buah kota besar di Eropa yang fantastis yang baru saja kujelajahi seluk beluknya dalam 7 hari bersama seorang teman (sayangnya dia lelaki) bernama Radit. kota pertama yang menjadi destinasiku dan Radit adalah Paris, sebuah kota yang memiliki jutaan tempat eksotis serta mempunyai daya magis yang sangat romantis. dari Jerman, kota yang kupilih sebagai tempat penyebrangan adalah Saarbruecken, kota perbatasan antara Jerman dan Prancis. disana kami bermalam di flat seorang kawan yang baru saja ku kenal, Seta.


terima kasih ku haturkan kepada Seta, mahasiswa Indonesia yang sekarang masih Studienkolleg, sama sepertiku, tapi sudah membantuku dalam beberapa hal di Saarbruecken. 11 Juli 2010, begitu tertera kalender saat ingin kumulai perjalanan yang selama ini tak pernah ku bayangkan, akan dimulai. Paris, sambutlah aku! sang lelaki besar yang mempunya mimpi yang sangat besar di dunia yang maha besar! dari Saarbruecken menuju Paris, aku dan Radit menggunakan ICE, ular besi alias kereta tercepat di Eropa. perjalanan pun ditempuh dalam waktu yang cukup singkat, tapi cukup membuatku gugup tak karuan, 95 menit yang sangat mendebarkan kawan! saat kulihat tiket, 19 C dan 20 C menjadi kursi panas dari negara tempat aku studi ini ke sebuah kota peradaban dunia yang cukup mempunyai pamor tinggi di ranah Eropa sendiri. aku sendiri duduk diantara keluarga kecil, yang sepertinya juga ingin meraih sepotong kecil mimpi mereka, Liburan di Paris. Tepat pukul 11.01 kereta merayap mengikuti aliran rel yang sedikit lembab karena hujan yang mengguyur sesaat. awal perjalanan ini sontak memberikan sebuah kesan baru kepadaku. kata sambutan dari ICE kepada para penumpang dengan menggunakan 3 bahasa. English, German dan French. bahasa yang asing sekali buatku tentu saja French, bahasa yang diagungkan semua manusia sebagai bahasa yang paling romantis. cara pengucapan sengau yang sering terdapat di akhir kata sering membuat senang semua orang yang mendengarnya. tahukah kalian bagaimana Samuel Rizal merayu Sandy Aulia di "Eiffel, I'm in Love" ? French is cool, dude!


tak terasa ular besi buatan Jerman ini pun memasuki daerah Paris saat mataku terbuka. gedung-gedung pencakar langit yang cukup megah menyambutku disini. seolah berbicara kepadaku, menyambutku, anak kampung kecil nun jauh di Belakang Padang sana, kampung yang hanya memiliki 3 mobil ; mobil sampah, pick up pengangkut barang dan mobil puskesmas keliling. akhirnya kereta ini pun berhenti, kami sampai di terminal internasional Paris d'Est, sebuah terminal di jantung kota Paris yang sedang sesak akan turis manca-negara yang sedang berkunjung ke ibukota Prancis ini. first impression? Paris megah kawan! Paris megah!

setelah menyentuh kaki di ranah Napoleon Bonaparte ini, aku pun mencoba untuk mencari informasi tentang cara menuju ke hotel terdekat di Eiffel Tower. si Radith yang tahu rencanaku tadi dengan santainya bilang, akan lebih indah dan menarik kalo kita ga nanya ke siapapun masalah perjalanan, tersesat atau mencari sesuatu. aku pun bengong, dan lantas menyimpulkan definisi tersesat itu = indah. setelah 10 menit celingak celinguk di sekitar terminal ini, kami pun menemukan cara untuk menuju ke Eiffel. kereta underground atau yang akrab disapa bahn A4 jurusan Porte d'Orleans membawa kami mendekati Eiffel. sayang sekali, kesan pertamaku pada bahn milik kota kelahiran artis pemilik senyum menawan, Maria Renata, kurang baik jika dibandingkan dengan bahn milik Hamburg ( kota besar yang selalu aku kunjungi tiap akhir pekan ). bahn yang berada di Paris cenderung lebih kotor dan kurang terawat serta sedikit bau. tapi pada dasarnya sistem transportasi di Paris tidak berbeda dengan Hamburg. setelah 15 menit akhirnya kami sampai di Odeon, dari sini kami pindah ke A10 jurusan Boulogne de St-Cloud. Di dalam bahn, akhirnya ada orang France yang mengatakan 1 kata kepadaku ketika dia hendak keluar dari dalam bahn, dan kata itu adalah, Pardon ( baca : pardong ). Aku cuma bisa tersenyum dalam hati dan akhirnya sadar kalo kata barusan adalah kata pertama French yang aku dengar di kota Paris ini. akhirnya kami tiba di La Motte Grenelle, dari sini kami harus pindah lagi ke A6 jurusan De Gaulle Etoille. setelah pindah beberapa bahn, kami sampai di Champ de Mars Tour-Eiffel, tempat terdekat pemberhentian bahn ke arah Eiffel.


setelah berpuluh-puluh jam menempuh perjalanan yang dihelat diantar negara dan berbagai kota, terpampang juga keromantisan dunia yang berpusat di Eiffel Tower ini. sebuah seni mahakarya yang dirancang sedemikian rupa hingga menghasilkan berbagai makna dimata semua makhluk. tak lama menikmati Eiffel Tower, kami berkeliling plus mencari informasi tentang hotel terdekat dan (kalau bisa) murah. Hotel Le Hameau de Passy, 76 Euro per malam, itu nama hotel dan harga yang kami langsung terima dengan lapang dada. setelah mendapatkan kunci, kami menuju ke kamar, mandi dan pergi ke luar hotel dengan tujuan, eye's washing ( haha ngarang abis ). kami menuju ke Trocadero, taman indah yang juga jadi tempat berkumpul para wisatawan yang sedang berkunjung ke kota Paris. disini aku banyak nemuin hal baru yang ga aku ketemuin di Jerman, ada sekelompok angkatan bersenjata dari salah satu negara di Afrika sedang berwisatawan. hal yang jarang banget aku temuin di Jerman! belum lagi ada sekumpulan orang yang bermusik di antara ribuan orang di Trocadero, dan aku langsung tau, They're Hawaii's people. musiknya condrong lebih lembut dengan lantunan nada dari alat musik yang terbuat dari pepohonan dan organ hewan.




hanya setengah jam aku dan radit bertahan di Trocadero, itu karena tempatnya yang terlalu sesak dan membuat gerah. perlu diketahui, gerahnya Eropa lebih dashyat dibanding gerahnya di Indonesia, termasuk di Jakarta, apalagi Batam. tujuan kami selanjutnya adalah, Avenue des Champs Seelys, pusat perbelanjaan nomor 1 di Dunia ( yang ini dapet infonya dari buku petunjuk kota Paris ). disini juga aku dan Radit menyempatkan diri buat beli oleh-oleh kota Paris. aku cuma beli 3 miniatur aja, Eiffel, Notre Dame dan Arc de Triomphe. semuanya aku pilih yang punya label, "made in Paris", biar ga dikira beli di toko seni. selesai belanja kami menyempatkan diri ke Arc de Triomphe, jaraknya hanya 100 meter dari daerah perbelanjaan tadi. Arc de Triomphe merupakan satu monumen paling terkenal di kota Paris yang menjadi latar belakang ansambel perkotaan di Paris.


setelah berkeliling avenue ini, aku dan Radit memutuskan ke sebuah tempat, yang jujur adalah tujuan utama ku ke Paris ( bahkan mengalahkan Eiffel sekalipun) , Universite Sorbonne ( US ). aku juga ga tau kenapa aku bisa holic banget ama US ini. mungkin gara-gara aku pernah baca buku tetralogi karya Andrea Hirata. Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov, 4 buku yang juga menginspirasi ku menjadi seseorang yang tak boleh lelah bermimpi dan terus berlari mencapai apa yang aku inginkan. dari buku ini juga aku langsung bermimpi untuk bisa mengambil gelar magister-ku di US. demi mendapat arah yang "pasti", aku bertanya kepada kantor wisata mereka gitu, gimana caranya biar aku bisa nyampe ke US. disana lagi lagi ada satu kesimpulan yang aku dapet dari para manusia di Paris. They can't speak English too much. dia ngasih arah ke aku, versi gerakan jari yang untungnya masih bisa aku pahami. kesimpulannya, dari Arc de Triomphe aku ke arah Cluny La Sorbonne dan mengambil A10 jurusan Gare d'Austerlitz. di sepanjang perjalanan, jujur aja, hati aku berdebar seribu kali lebih kencang ( jantungan dong ) daripada biasanya. faktor utama nya bukan gara2 kereta nya yang kecepetan berjalan, tapi faktornya adalah, saya belom makan. haha. canda deng. faktornya ya US itu tadi. sebuah mimpi yang sudah lama ada akan jadi kenyataan ( tsahhhhh kata2nya bok ). selama di perjalanan, kami diharuskan satu kali transit. sebuah pemandangan menakjubkan pun terlihat, sebuah konser akbar di dalam Bahnhof ( terminal kereta bawah tanah ). lagi dan lagi, kesimpulan baru yang bisa aku rekam dengan baik dan jelas tentang Paris, mereka melakukan sesuatu tanpa tanggung-tanggung. mungkin di Indonesia yang kita liat pengamen itu bawaannya botol isi batu atau kaleng yang bisa bunyi kaya keroncong, tapi disini, TIDAK wahai sodara sodara! tidak! mereka bermain musik dengan penuh gelora dan semangat dalam dada!! mereka musisi masa depan yang sedang berkarir di bawah tanah!!! merdeka! merdekaa!!! ( maaf saya menggebu gebu, maklum aja, seremoni 17an kemaren belom hilang dan pudar).    sesampainya disana, saya langsung mencari gedung itu dan..


gedung yang selama ini hanya bisa saya lihat via Internet, Gedung Universite de Paris, Sorbonne. aku cuma bisa diam, manggut manggut seperti orang yang sedang kebakaran jenggot. hal yang tentunya aku lakukan sesaat setelah melihat bangunan utama US adalah : FOTO FOTO. cuma orang idiot yang udah nyampe disini tapi ga ngambil foto US sendiri. setelah sesi foto, aku berkeliling di daerah Sorbonne ini. venue yang lumayan ramai dan eksotis ini membuatku menyimpulkan sesuatu yang baru, US terletak benar benar di tengah kota yang sangat ramai dan cukup teratur. kali ini kekagumanku benar benar bertambah seribu kali lebih banyak akan daerah ini, La Sorbonne. persis di depan gedung utama US, aku bergumam,
"Gelar pendidikan Master atau bahkan Doktor-ku harus bisa kudapatkan dengan titel, Graduated from Universite Sorbonne".




selesai menuntaskan nafsu ku buat "menelanjangi" daerah Sorbonne, petualangan aku dan Radit ( masih dengan lelaki bermuka anak Dinosaurus yang lucu ini ) berlanjut ke salah satu sungai yang cukup tenar di dunia persungaian di Prancis, namanya La Seine. sungai yang dari google sendiri aku liat, sangat biasa. sesampai disana, aku tau kenapa orang2 senang dengan sungai yang memiliki lebar hampir 50 meter ini, sungai ini menjadi view terindah buat semua orang yang ingin melihat totalitas keindahan kota mode ini. ketika berdiri diatas La Seine ( bukan jalan di atas air loh! pake jembatan gitu. ) semua bisa melihat eksotika kota Paris yang dibalut berbagai bangunan, monumen ataupun gedung yang bisa memukau semua orang. Notre Dame pun menjadi tujuan ku selanjutnya di kota yang berdiri tahun 400 Masehi ini. disini tidak terlalu banyak sebenarnya yang bisa dilihat dan dinikmati, karena pada dasarnya Notre Dame adalah sebuah gereja Gothic yang dibuat atau di dedikasikan untuk Bunda Maria. banyak yang menganggap ND adalah salah satu arsitektur gereja terbaik di Prancis.


selesai dari sini aku dan Radit pergi ke arah  Eiffel lagi. disana, tepatnya di Trocadero, kami berniat buat nyari makan dan nikmatin pemandangan Eiffel pas lagi malem, sekalian nonton final piala dunia 2010 yang kebetulan ada sejenis nonton bareng ( lebih tepatnya nonton beramai ramai sih, sampe kali ya 3000an orang yang nonton pake wide-screen gitu) Spanyol vs Belanda. di tengah perjalanan sebuah pemandangan ( yang agak menjijikan walau nikmat untuk dilakukan ) terpampang jelas di depan saya, PASANGAN CIPO*AN! sebenernya itu wajar aja, tapi tau mereka pasangan apa? mereka Chinese people! bukan mau rasis atau gimana sih aku nya, tapi hey world, chinese kissing on public? it's very impossible. but hell yeah, it happened in Paris, exactly in the front of my face. salut deh aku buat Chinese yang di Paris, seenggaknya mereka udah melakukan peningkatan yang sangat luar biasa! kissing on public!


sesampai di daerah Trocadero, pencarian makanan pun dimulai perlahan lahan. dari menyelidiki harga, rasa, sampai posisi duduk. ditengah pencarian, kami berkenalan dengan sebuah keluarga Indonesia yang kebetulan berdomisili di Jerman, di kawasan Dresden. namanya Pak Aan dan Bu Indri. 2 lagi anaknya aku lupa namanya siapa. yang jelas, pak Aan sekarang masih kuliah buat gelar S3 nya di Dresden, jurusan Nuklir kalo ga salah. Pak Aan sebenarnya adalah dosen teknik di UGM, Jogjakarta. S2 nya dia selesaikan di Jepang, dan banyak lagi cerita yang sempat dia bagi kepada kami berdua, sedang 2 anaknya? mereka memandangi ku dengan wajah penuh keheranan, mungkin sedang berpikir, kok bisa ada orang yang punya pesona super kaya aku, haha. setelah pisah dengan mereka, kami dapet makan juga akhirnya! makanan kami bawa ke tepi sungai Seine, dengan harapan akan lebih romantis kalo makan di pinggir sungai ini. tapi ya, tetap aja, selagi masih disebelahku Radit, bukan Sandra Dewi, La Seine pun terasa kaya Danau Toba, ga ada romantisnya sama sekali. ditengah gigitan makanan, secara tidak sadar orang yang berada di sebelah kami di pinggiran Seine adalah orang Indonesia, namanya Mas Arief. seorang mahasiswa S2 jurusan Ekonomi di Toulouse, Prancis. dari dia juga aku dapet informasi tentang biaya hidup, kuliah, serta banyak hal dari dunia pendidikan di negara yang dikenal pernah menjajah banyak negara ini. cuma 30 menit sempat menghabiskan waktu bersama Mas Arief, kami pun berpisah dan menuju ke pusat NonRamRam (nonton rame rame) di kawasan Trocadero yang viewnya langsung Eiffel di malam hari. sayang disayang, NonRamRam diakhiri dengan kerusuhan yang cukup besar. polisi sampe 5 kali ngelepasin gas air mata ke penonton yang rusuh, saya salah satu korban tembakan ini. cukup perih, lebih perih daripada ngupas bawang bombai yang jelas. skor hari itu pun diakhiri oleh kemenangan Spanyol, 1 tendangan Andres Iniesta mewujudkan mimpi Spanyol selama ini, Juara Piala Dunia. tak lama, aku dan Radit menuju ke hotel yang udah kami booking tadi siang, di perjalanan, aku pengen buang air kecil ( baca : pipis ), pipis di taman yang gelap di sisi kanan Trocadero pun tak mengapa, pikirku. dan, legaaaaaaaaaaaaa. ini kebiasaan buruk aku selama di Europe, suka kencing sembarangan, anywhere, anytime. sampai di hotel, udah jam 11 malam, dan kami pun pergi ke pulau Kapuk. Zzz.


12 Juli 2010. Bangun tidur ku kali ini disambut dengan hujan romantis oleh Paris. setengah jam ngumpulin nyawa, aku langsung bangunin Radit, ngajakin dia sarapan. yeah, 1st breakfast di Paris. breakfast ala Europe emang ga sama kaya yang di hotel2 Indonesia yang kaya prasmanan ( bener ga sih nulisnya? ) gitu, disini kita mesen menu nya. aku ga tau, ini pelayan emang bener gitu sistemnya, apa gara2 liat aku "big" jadi dia takut kasih menu prasmanan? well, aku ama Radit minta menu nya, dan isinya dari atas ampe bawah R O T I. oh damn, aku lupa, we're in Europe. semua orang Europe punya habitual kalo sarapan cukup R O T I. buat menu minuman, rada beragam. aku milih susu coklat panas. radit? mungkin dia milih liur onta. soalnya airnya rada2 coklat nanggung gitu. yeah, sarapan yang TIDAK ISTIMEWA ini pun selesai akhirnya. dari beberapa roti yang aku makan tadi, yang paling menggugah emang Croissant ( baca: kroisong ).


selesai makan, kami cek ot, nyari hotel di area lain, ini supaya mempermudah mobilisasi kami yang emang niat banget buat ngelilingin kota ini. obsesi sih lebih tepatnya. keluar dari hotel, aku lagi lagi takjub. ini hari senin, orang orang pada kerja, seharusnya kota ini terlihat sangat "ramai". tapi kalian tempe apa yg aku liat? a romantic city with a pourin' rain. kota ini emang romantis. aku ga bisa ngebayangin, mungkin kalo kota ini kena kemarau, apa masih bisa romantis juga? orang yang pergi kerja pun menambah aroma keromantisan itu dengan cara mereka berpakaian. ya, Paris memang kota yang penuh ama orang orang metroseksual. mereka selalu memperhatikan penampilan mereka. everywhere, everytime and everyone. tak sampai 200 meter berjalan, kami sampai di tempat nonton bareng semalem. mendadak rasa keromantisan Paris tadi hilang dan terbang dari kepala ku pas ngeliat gimana hancurnya tempat ini, it's so messy. berantakan abis. ga ada lagi kesan bagusnya ini taman kota. sesampainya di terminal, aku ama Radit memilih Sorbonne Venue buat jadi tempat pencarian hotel kami.


Sorbonne, sebuah area eksotis buat para wisatawan. disana emang ga terlalu banyak tempat yang bisa dikategorikan istimewa selain Universitasnya yang terkenal di dunia, khususnya Eropa. aku dan Radit memilih Hotel St.Pierre buat penginapan kami 1 malam. what a lucky, kami dapet kamar dengan view fakultas bahasa Universite Sorbonne. agak terdengar aneh sih ya memang, normalnya para turis ke Paris untuk Eiffel, dan aku malah Sorbonne. thanks buat Andrea Hirata atas tetralogi nya yang bikin aku mau kesini. buku buku yang Andrea tulis bisa menginspirasi aku segitu dahsyatnya.


setelah itu, aku cabut ke Louvre. sebuah museum terbesar di dunia dengan isi yang maha agung. gedungnya, yang merupakan bekas istana bangsawan, terletak di pusat Prancis antara sungai Seine dan Rue de Revoli. masterpiece dari Louvre ini tentunya adalah lukisan Monalisa. perempuan, yang jujur, dimataku tidak ada unsur kecantikannya. malah cakepan mamaku kemana mana. tapi ya, seni tetaplah seni. ada unsur tersendiri yang tersembunyi di balik pesan Sang Ilahi ( aku ngomong ini dengan pose ; dagu tegak, muka meyakinkan, alis bermain main ). disini terdapat bermacam macam karya karya dunia. dari Berlin  Mauer sampai ke Pyramid dari negeri Cleopatra. semua dianalogikan seperti kita sedang berada di taman pusat Karya Dunia yang penuh nilai eksotika.


Louvre selesai, giliran salah 1 jembatan yang "romantis" jadi kunjungan aku dan Radit, Pont des Arts. jembatan yang dipenuhi dengan gembok gembok diantara jaringnya. di gembok itu terukir nama 2 orang, entah yang 1 lelaki dan lainnya perempuan, atau ada yang sejenis. yang jelas, yang kami tangkap dari sini, mereka mengikat cinta mereka di jembatan ini, ya, sebuah jembatan yang  panjangnya hanya kurang lebih 100 meter. di Paris, sebuah jembatan pun bisa menjadi sesuatu yang romantis.


lapar!! aneh sih memang, seharusnya ketika melihat gembok diantara jaring besi itu, aku berinisiatif untuk melakukan hal yang sama, sayang disayang, teman aku berwisata kali ini RADIT! bukan wanita mana pun. kami pun mencari dan mencari, dan ya karena kami menjunjung tinggi fast-food, MCD pun kami sikat! big mac dan sprite aku lahap hari itu sebagai lunch. setelah selesai, tujuan selanjutnya OLEH OLEH! kesini kalo ga beli oleh oleh ya sama juga bohong sih sebenernya, banyak banget soalnya miniatur kota ini yang bisa dijadikan oleh oleh. china town!!! yeah, daerah ini selalu ada memang dimana pun, di penjuru dunia manapun! china town memang selalu hadir setidaknya untuk setiap ibu kota suatu negara. aku beli miniatur Eiffel lagi yang mini, Notre Dame dan tentunya Arc de Triomphe, yang sekarang semuanya ada di lemari rumah mungilku di pelosok desa di kota Batam sana, Belakang Padang. aku juga mengirimkan foto Monalisa dan Eiffel bersamaan dengan miniatur tadi, dan dibelakangnya aku menulis, "Mama, ini kota Paris Ma. aku berdoa ama Tuhan, aku bisa S2 disini, di Sorbonne harapanku".


selesai dengan kesibukan di china town tadi, aku menuju ke Gare de I'est. disinilah kami besok akan berangkat kembali ke Jerman, dan menuju ke kota selanjutnya Amsterdam. tujuan kami disini cuma buat mencari hotel disekitar. karena memang cukup riskan kalo kami nginep di hotel yang jauh dari sini. selesai dari sini, kami jalan ke daerah Julien. daerah ini bisa dibilang lumayan menarik buat para pendatang. disini, aku menyadari sesuatu, orang negro menjadi "penduduk kedua". mengerti artinya? yeah, banyak para teman kita yang dari benua Afrika, merantau ke Paris ini, untuk bekerja, belajar atau malah menjadi penduduk tetap. posisi teman kita ini sama seperti orang orang Turki yang berada di Jerman. disekitar kawasan Julien ini, aku melihat sekawanan burung yang sedang makan roti yang dilemparkan para wisatawan sekitar. hal aneh pun kusadari lagi, ada sekumpulan wanita wanita Asia disekitar sini, pakaian mereka yang cukup centil menggoda ku buat bertanya, apa yang mereka kerjakan disini? mereka duduk dan nongkrong di pinggiran, merokok dan melemparkan senyum kepada semua yang lewat. pikiran jorok aku pun keluar, are they bitch? oh no. siapa yang mau coba? badan mereka melar sana sini kaya ikan pari lagi kleper kleper, muka mereka malah sudah banyak yang keriputan. oh God, I have to check it. aku pun mencoba melewati mereka, dan seseorang dari mereka berbisik, "do you want to have sex? only 40 Euros". hitungan 5 menit aku udah keluar dari tempat ini. daerah yang bisa dibilang, worst area in Paris.


dari kawasan Julien tadi, kaki kami berjalan ke Strasbourg St.Denis, dari rekomendasi seseorang, kami tau ada yang menjual Kebab disana. mungkin bisa mengenyangkan perut tanpa mengempiskan dompet. beli kebab, tujuan utama langsung, KAMAR HOTEL. radit ngantuk, lebih tepatnya kami ngantuk. 10 menit berada di kamar, ya blesss, kami tidur. pas bangun, waktu udah jam 11 malem. daerah luar Sorbonne yang keren tak mungkin lagi ramai, aku mencoba menarik Radit, mengajak nya keluar memecah heningnya malam. tau jawabannya apa? udah nanggung, tidur ampe pagi aja sekalian. well, aku salah pilih temen travelling mungkin ya? dia jauh jauh kesini cuma buat molor. dengan segala upaya dan hasrat yang masih tersisa, aku pun keluar, mencoba menilik indahnya daerah ini. Cafe Brasserie Les Patios, tempat yang kupilih buat sekedar menenggak cocktail non alkohol, Flairs Cocktail Bars seharga 12 Euro aku pilih sebagai minuman ku malam ini. tepat disebelah bar ini berdiri gagah pintu utama Universite Sorbonne. sembari menenggak FCB, aku mencoba mengamati sekeliling, melihat lihat, daerah mana yang bisa aku ambil sebagai objek foto. setelah minuman habis, aksi mengambil gambar ku yang masih sangat amatir pun dimulai. selesai, pulang, tidur.


ini nih, Radit! tersangka
hell yeah, bangun pagi, udara masih lumayan dingin, waktu menunjukkan pukul 7 pagi. dengan sangat bringas, aku bangunkan Radit. time for breakfast! disini nih bencana dimulai. adat orang Indonesia nih kan yah, kalo sarapan Hotel ya gratis, fasilitas dari hotel. jadi kami ya makan aja dengan santainya, walaupun yang dihidangin ya itu terus, beberapa jenis roti dan susu coklat. selesai makan, si bapak berdasi dibelakang meja resepsionis nanya,




BapakBerdasiDibelakangMejaResepsionis: Hallo Sir.
Aku: Ya?
BBDMR: Will you pay the bill now or later?
Aku: Oh, what for a bill?
BBDMR: Breakfast.
Aku: Okay, I'll pay it later. How much is it?
BBDMR: 14 Euros for 2 Persons.
Aku: Thanks (dengan muka nahan buang air).
yeah, 14 Euro baru aja ludes cuma gara gara roti yang MINI itu. makasih dan tepuk tangan deh buat ini hotel sistemnya. kami langsung naik ke kamar, ngambil barang sekalian check out. mendadak tercium bau aneh yang menyerupai nafas naga yang makan jengkol dan belom gosok gigi, pffffffff. aku liat muka Radit. dan dia ke WC langsung. okay, kesimpulannya, tadi kentutnya Radit. dan itu bau banget. abis dia selesai dengan hajatannya, kami menuju ke hotel kami yang selanjutnya. dekat dengan terminal kereta keberangkatan besok pagi menuju Amsterdam. sesampainya di hotel, tanpa babibu, naruh barang, cabut ke Eiffel. misi hari ini, naik ke menara nya (pake lift tentunya!) setinggi mungkin.


kami nyampe di Eiffel kira kira jam 11an. dan itu antriannya udah kaya yang ngantri beras di posko bencana alam. setelah 2 jam berdiri tegak menunggu antrian, kami akhirnya bisa bertatap muka dengan mbak penjual loket. langsung tanpa babibu lagi, beli tiket yang paling mahal! huahuahua, 13.2 Euro. itu naik ke lift paling atas di Eiffel. 1 jam waktu yang kami habiskan diatas sana. menikmati pemandangan indah dari Eiffel. saat di atas, aku merasa bahwa mungkin aku anak kampung yang paling beruntung di dunia, bukan mungkin, tapi pasti. turun dari puncak Eiffel, kami menelusuri taman disekitar, pemandangan mesum pun terlihat lagi, dua sejoli dimabuk asmara sedang berguling guling di taman ini. taman yang viewnya ke Eiffel. mereka berkelakuan seperti anjing Golden dan kucing Persia yang sedang jatuh cinta, tak tau malu. aku sempat jijik melihatnya pertama kali, kedua kali melihat jijikku berkurang, ketiga kali aku makin tergoda untuk melihat. hahahaha. nyari makan! pilihan jatuh dengan Chocolate Creeps. lumayan mengenyangkan, cuma ya berlemak.


sambil makan, kaki ini melangkah ke arah perbelanjaan. disisi kiri dan kanan berdiri lah berbagai macam toko resmi dari produk terkenal, semua yang ada disini, pernah aku dengar namanya di Indonesia. yang menarik 1 toko, toko Louis Vuitton. kenapa sampe ada yang berjejer di depan pintunya? apakah mereka jualan beras? kenapa harus ada antrian? dan ya, seperti biasa, aku mencoba mencari tau. kesimpulan yg aku dapat, dengan besar kurang lebih 50 M kuadarat dan 3 lantai, mereka hanya memperbolehkan 20 pelanggan yang masuk, sisanya mengantri. wtf? okay, lanjut.


destinasi mulia akhirnya terwujud disini, kami ingin pulang ke hotel secepatnya! tau kenapa aku bilang mulia? soalnya ini badan, udah teriak bahkan nge-scream ala The Shadow nya A7X buat istirahat. ditengah jalan, kami lemes, loyo, letih. tepat di halte Odeon, mental dan fisik kami runtuh. kami terkulai lemah. ditengah keterkulaian ini, kami menemukan sesuatu yang ajaib, yang aku yakin, tak akan gampang ditemukan. orkestra dibawah tanah oleh penyanyi jalanan yang tajir! kebayang ga? kalo ga, liat fotonya aja. 5 Euro ku pun dengan santai aku kasih ke mereka, ini bukan karena mereka kasian udah cape cape nyanyi, tapi emang musik mereka lebih Jazzy and I like it. Jam 9 malem, itulah waktu kami menyentuh tempat tidur. inilah malam terakhir kami di Paris. Zzz.


we woke up! jarum pendek menunjuk angka 5. kegiatan paling awal tentunya, ngumpulin nyawa. setelah mandi dan siap siap, kami pun meninggalkan hotel de l'europe ini. sarapan kali ini tentunya lebih cermat, beli roti di toko roti. kami langsung menuju ke kereta yang dulu kami gunakan juga sewaktu berangkat ke Paris dari Saarbruecken. perjalanan ditempuh cukup lama, hampir 2 jam dengan kereta tercepat di Eropa ini. sesampainya di Saarbruecken, kami menuju langsung ke Cologne atau dalam bahasa Jermannya Koeln. sebuah masalah lagi dan lagi kami hadapi, kami ketinggalan kereta dan harus menambah kira kira 138 Euro lagi untuk 2 orang. We were crazy. stres. mendadak kunang kunang. hasrat berkurang untuk ke Holland. Radit malah sampe ngomong kalo dia mending ga ikutan lagi. hari itu, hari terburuk buat Radit dimata aku. aku ga pernah ngeliat dia secemberut itu, menggerutu dan suntuk. kelakar dari ku pun seolah tak ada arti untuknya. aku sedih. bukan karena uang 138 Euro ini. tapi karena selama ini, ketika aku dan Radit tinggal bersama 3 bulan, ketika aku sedih, dia menghiburku, dia tau membuatku tertawa, membuatku melupakan sejenak masalah dan problema yang ada. tapi sekarang? berbicara di hadapnya pun aku tak bisa.


setelah menyelesaikan penambahan biaya 138 Euro tadi, aku dan Radit pun menuju Koeln. kami butuh 1 kali transit disini, di kota Frankfurt. salah satu kota internasional di Jerman yang berpolakan kota metropolis. 1 kebiasaan burukku selama hidup di luar Indonesia pun akhirnya muncul lagi disini, kencing sembarangan. hell yeah, posisi toilet yang sangat jauh dan BAYARNYA MAHAL membuatku malas untuk kesana. tong sampah terminal Frankfurt pun menjadi lubang kloset yang aman. LOL. beberapa kota seperti Hamburg, Paris, Berlin Amsterdam pernah aku lakuin ritual penghematan ongkos wc ini.


cuma butuh waktu kurang lebih 2 jam, kami sudah memasuki kota Amsterdam. 1st impression? this city isn't better than Berlin. semua ibukota kayanya sama deh dimana mana, lebih messy dan kurang tertata dengan baik. dan anehnya lagi, ada penjara di tengah kota! tau kata bahasa Belanda pertama yang aku dapat disini apa? Uitgang, artinya Exit. 1 keuntungan aku bisa berbahasa Jerman, aku bisa mengerti tulisan dalam bahasa Belanda. cuma mengerti ya tapi, itu juga tulisan. sampe juga di dalam terminal utamanya. pas keluar, foto foto jadi hal yang paling utama dong. dan disebelah tulisan ini, ada foto aku di depan terminal utama kota ini. banyak orang yang bilang, terminal kota ini mirip dengan istana. kata aku sih, lebih mendekati museum. ya intinya, terminal ini cukup dilalui banyak manusia.


hujan gerimis tipis romantis dan puitis menyambut kami di kota ini. transportasi di kota ini menyerupai kota kota di Jerman timur. mereka menggunakan Tram. atau istilahnya kereta mini diatas aspal. susah deh aku jelasinnya. kalian bisa liat di Google aja biar lebih enakan. dari sini aku langsung menuju kerumah salah satu teman kenalanku, namanya Joris. kami berkenalan dari sebuah situs pertemanan di Internet. mungkin tentang situs ini, juga susah aku jelasin, yang jelas, kalo kalian mau jalan jalan dengan penginapan gratis, kalian bisa buka yang namanya www.hospitalityclub.org. dengan Tram kami menuju rumah Joris yang berada di Marcopolostraat 16. tiketnya? 2.6 Euro per orang, lumayan mahal jika dibanding dengan Tram di Jerman.


sori buat pose nya :)
Joris tinggal di sebuah flat yang cukup besar, kira kira 10 m x 6 meter.  dia tinggal sendiri. Joris sendiri belum menikah. karakter rumahnya sangat "asia" menurutku. banyak barang barang dari Jepang, Thailand bahkan INDONESIA! walaupun badan ini sudah sangat letih dan mulut sulit berbicara atau bercanda gurau, tapi karena tumpangan gratis yang diberikan Joris kepada kami, kami pun menyempatkan diri berbincang dengan Joris. Joris adalah seorang engineer yang telah banyak bekerja di berbagai negara, termasuk Indonesia. dia pernah di China, India dan beberapa negara Eropa. dia hanya belum pernah menapakkan kakinya di benua Amerika dan Afrika. di Indonesia, Joris pernah menetap hampir 7 bulan. dia bisa bahasa Indonesia dengan cukup baik buat ukuran orang asing. hal yang paling mengejutkan, dia punya beberapa kaset tape buat belajar bahasa Indonesia dan kamus bahasa Indonesia. betapa renyuhnya hatiku melihat ini semua, dia begitu menghargai bahasa kita wahai sodara. sekitar pukul 11 malam, kami pun tidur, Joris menyediakan 2 kasur buat kami. Zzz.


06:00 AM. time to know, how cool is Amsterdam? bangun tidur, tanpa dikomando aku dan Radit mandi dan siap siap menjelajahi kota keren ini. kota dimana living the dream, "drugs, sex, alcohol and freedom". then we go to nearest bakery shop, biasa, sarapan roti plus susu coklat. tujuan kami paling utama kesini mungkin sama seperti turis Asia lain, Kincir Angin atau Windmill bahasa Inggrisnya. karena area Windmill ini di pinggiran kota, kami disarankan Joris untuk naik Sprinter, sejenis kereta antar daerah di Amsterdam. di stasiun, kami ketemu urang sunda, namanya pak Unang. beliau sudah hampir 7 tahun di Belanda. hanya sekitar 15 menit kami berbincang, kereta yang kami tunggu akhirnya datang. 20 menit kemudian, kami sudah berada di daerah yang kiri kanannya sawah dan tentunya KINCIR ANGIN! sifat norak ini pun keluar. tapi gapapa, biar norak, fotonya keren. aku juga sempat melihat proses kerja Kincir Angin disini. cukup beralasan memang penggunaan Windmill ( WM ) disini, karena memang terdapat angin yang cukup bertiup kencang dan bisa berfungsi layaknya pembangkit tenaga angin juga WM ini.


selesai foto foto dengan kincir angin, tujuan selanjutnya ke Rumah Keju. disini tersedia keju dengan 21 rasa yang berbeda. kebayang kan gimana bentuknya? disini juga dijual beberapa pernak pernik buat oleh oleh. aku mengamati beberapa keju disini dan yeah, semua aku cobain! LOL. semuanya enak sih, mungkin karena ini semua FREE.


setelah membeli oleh oleh dari Cheese House ini, aku kembali ke pusat kota Amsterdam. 1 budaya orang orang disini kembali kudapati, they always use bike everywhere to go. yeah, itu memang sangat ramah lingkungan dan berdampak positif tentunya buat dompet tiap individu. karakter kota Amsterdam sendiri sebenernya tidak terlalu metropolis, tapi tetap "wah" untuk dikunjungi. aku masih belom mendapatkan dimana titik "wah" tadi. berkeliling pusat kota Amsterdam juga tidak terlalu membosankan. banyak distro baju yang menarik buat dikunjungi. satu hal yang menggangguku adalah tulisan "red light district". apa itu? nama yang sering disebut-sebut di sablon.an baju. aku mencoba bertanya apa itu RLD ke orang sekitar, 1 dari mereka bilang, "Go straight, turn left then you'll know all". aku mengikuti petunjuk itu.


hell damn yeah. pemandangan yang cukup tragis aku dapatkan disini, terdapat berpuluh-puluh toko yang menjual peralatan konsumsi ganja bahkan alat-alat bantu se*s. yang lebih parah lagi, ada cafe khusus dimana didalamnya terdapat belasan orang yang ngopi plus nyimeng bareng. well, it's Holland's culture. disini memang tidak ada larangan untuk ganja kecuali anak dibawah umur. rasa penasaranku tak berhenti sampai disitu, aku terus menelusuri daerah ini, Red Light District. sebuah persimpangan yang terletak agak ke dalam menarikku, seperti ada magnet dan mengajakku untuk berkunjung dan mencari tahu apa yang ada disana.


bisa kalian tebak apa yang ada disana? puluhan wanita-wanita di 2 jalan yang terpisahkan kanal selebar 5 meter berpose seseksi mungkin dengan hanya menggunakan bra dan cd yang sangat minim dengan hanya ditutupi kaca dari luarnya saja. mereka seperti ikan! ikan yang bebas mau kita apain. mau kita goreng, rebus, dimasak asam manis atau bakar. saya tertawa saudara-saudara. benar-benar tertawa. i didn't know what should I did. tercengang? iya. kagum? dikit sih. rada jijik? iya banget! suka ngeliatinnya? jelas dong, aku normal. LOL. hari itu menjadi hari yang campur aduk agaknya buatku, tepatnya buat anak desa kecil yang sedang berada di kota penuh kebebasan ini. ini rupanya Amsterdam. Amsterdam itu Red Light District. pikiranku mendadak diingatkan akan sesuatu yang sudah lama sebenarnya aku tahu, ya, aku pernah dengar tentang daerah ini. reputasi distrik ini sangat berkualitas diantara daerah prostitusi di dunia, bahkan banyak yang bilang, RLD adalah distrik prostitusi nomor 1 di dunia, dan sekarang aku sedang berdiri tepat di jantung RLD. aku yang awalnya masih sangat hijau dengan hal beginian, tentunya mendapat tekanan dari berbagai penjuru. ingin mata memandang mereka, tapi takut dosa. tapi haruskah kubuang pandanganku ke kanal saja? membiarkan mereka berpose tanpa terlihat olehku? tidak sodara-sodara. aku sudah 18 tahun, sudah boleh aku rasa untuk melihat yang beginian. seperti yang di film-film, only for +17. tak lama ( cuma 2 jam ) aku hanya berputar putar dengan Radit disini. kami juga melihat berbagai tipe-tipe wanita yang ada. ada yang ramah, ada yang sudah berumur, ada yang dari asia, ada yang sangat menggoda. LOL. sifat iseng ku keluar. berapa harga mereka? yeah, aku harus tau itu. cukup tau, tidak lebih. wanita yang coba kutanyakan adalah wanita Latino yang memang bodi nya mirip Luna Maya. wajahnya lebih ke Sandra Dewi. perpaduan macam apa yang ada di depanku? kulitnya yang sawo matang tentu membuat ku sedikit bergidik dan menggelinjang ( aku rasa bahasanya mulai dewasa ya? mari kita berpikir positif ). aku mendapatkan harganya! 50 Euro untuk 25 menit. takut berpikir yang tidak-tidak dan takut ada niat jahat yang timbul, aku segera pergi dari hadapnya, pergi dari distrik ini secepatnya bersama teman terkasih, Radit.


dari sini kami menuju ke CHINA TOWN!! yeah, CT selalu ada dimanapun sodara-sodara. tujuan kali ini kesana bukan untuk beli cinderamata seperti di Paris, tapi belanja untuk keperluan masak hari ini, yeah, kami akan masak buat Joris. aku masakin dia Ayam Semur, Bihun Rebus dan Tempe Orek. tidak terlalu susah buat mencari apa yang aku mau disini. dalam waktu 15 menit semua terbeli dengan sangat rapi, bahkan ada beberapa bumbu Indonesia yang aku beli. itu semua karena sangat banyak penduduk Indonesia yang menetap di Belanda. you know why? yeah, kita pernah dijajah mereka, jadi ada beberapa yang memilih untuk tinggal di Belanda.


rumah Joris, 06:00 PM. time for cooking. aku, Radit dan Joris bekerja sama dalam acara masak memasak kali ini. sejak Januari 2010 atau tepatnya berpisah dari Mama, aku lumayan aktif di dapur. memasak sebenarnya sudah menjadi hobiku saat pramuka dulu, tapi ya kalo dirumah, jika aku di dapur, hardikkan dari Mama selalu siap aku terima. Mama benci anaknya yang manja ini berada di dapur untuk memasak. she hates it until now. yeah, acara masak pun selesai. waktunya makan. selagi mulut ini melahap makanan, tentunya bahan obrolan selalu ada. Joris pribadi yang sangat menyenangkan untuk ukuran manusia Eropa yang terkenal dingin kepada semua orang. selesai makan, kegiatan selanjutnya tentu kalian tahu, tidur. sebelum tidur, Joris sempat memberi kami masing-masing secangkir teh yang sangat enak. teh ini juga membuat tidur kami lebih lelap, ya, malam ini malam terakhir kami dirumah Joris. berharap hari selanjutnya lebih menyenangkan. Zzz.


tepat jam 08:00 kami bangun dan sejam setelahnya sudah keluar dari rumah Joris. salam perpisahan Joris! nice to know you :) hal pagi ini yang selalu dan pasti kami cari tentu saja, sarapan! toko Turki di ujung jalan sudah buka sepertinya dan kami menuju kesana. pizza turki, nama yang menarik kurasa untuk dibeli dan dicoba. 10 menit, makan selesai. tujuan kami selanjutnya, Museum Van Gogh. kalian tau kan siapa Van Gogh? kalo ga tau, aku bisa ngatain kalian CUPU. silahkan cari tau siapa dia di Google aja ya. Hehe. di musium ini, banyak karya-karya Van Gogh yang sudah sangat mendunia. beliau juga dianggap sebagai salah satu penulis terbesar di Eropa. karyanya yang terkenal seperti Potret van DR.Gachet, Zelfpotrer Zonder Baard, Irissen atau bahkan L'Arlesienne Madame Ginoux bisa kita liat secara gratis disini.


dari Museum Van Gogh ini aku dan Radit sempat juga ke Rijks Museum, but nothing so special there. tujuan kami selanjutnya, RLD again! LOL. niat kali ini mungkin lebih dahsyat, aku pengen liat total dan secara menyeluruh sisi RLD. cuma butuh 20 menit untuk sampai lagi di RLD. kali ini kami mencoba menyisiri RLD dengan perlahan-lahan, layaknya para penjinak bom yang sedang menyisir suatu daerah yang divonis ada bom. hal baru sodara-sodara. ada hal baru disini yang saya lihat. Gaystreet. bisa diartikan itu apa? yeah, disini benar-benar sebuah jalan yang diisi dengan kios, cafe, toko baju bahkan aksesoris khusus untuk para kaum homo. sebenarnya dimata ku sendiri, tidak ada yang salah. it's their life. tapi apa harus sampe ada jalan seperti ini? si Radit, ketakutan setiap lewat jalan ini. tanda-tanda itu toko khusus kaum gay atau bukan, terlihat dari pintu mereka. pintu masuk mereka selalu memakai bendera warna-warni. mungkin bisa kalian lihat di foto aku di sebelah kiri atas ini.


dari sana, kami menemukan sebuah agen perjalanan sngkat menggunakan perahu melewati kanal-kanal kecil yang berada di RDL ini. menarik memang, karena pada dasarnya, banyak yang menyebutkan, Amsterdam is Venice from North. tau Venice kan? ya, sebuah kota di Italy yang terkenal sama transportasi perairannya.  Venice juga menjadi salah satu target wisataku dimasa yang akan datang. kegiatan selanjutnya, nongkrong di salah satu sudut RDL, di Coffee Shop Extase. disini ada Wifi-nya. segelas Panna Montana menemaniku di sore yang cerah itu. selama Wifi-an, aku juga merencanakan planning selanjutnya, take pictures from this beautiful RDL. hal bodoh lainnya yang aku lakuin adalah ngumpulin uang-uang cent yang ada di dalam kantong. rada idiot sih emang, tapi ya dari pada ga ada kerjaan? ntar bisa dikatain pengangguran malah. sekitar 2 jam disini, kami beranjak pergi. kembali menelusuri indah dan liarnya Red Light District, mencoba mencari tahu lagi apa yang ada disini, dan tentunya menikmati apa yang boleh dinikmati.


temuan terbaru selanjutnya adalah pertunjukan dewasa. yeah, bisa dibilang, kita melihat adegan se*s secara live. ada juga beberapa yang menawarkan pertunjukan striptease. inilah kehidupan kota ibukota negara yang pernah menjajah kita selama 3,5 abad ini. setelah itu, keanehan yang benar-benar keterlaluan pun terlihat olehku. biskuit, permen bahkan teh dijual dengan bahan baku, GANJA. inikah hidup ala Eropa? kosonglah kepalaku jika ada yang bertanya. selama ini aku hanya mendengar nyimeng-lah cara untuk mengkonsumsi ganja. tapi ini? biskuit. apakah mungkin ada makanan anjing dari ganja? susu untuk ibu hamil perisa ganja mungkin? dunia semakin tolol sobat!


makin lama aku mengetahui seluk beluk Amsterdam dan RLD, makin banyaklah pengetahuan dewasaku. jadi saran saya, bawa anak anda kesini ( tapi dengan dampingan anda! ) untuk membuatnya dewasa dini. selanjutnya, Monumen Homo. apa yang barusan kalian bayangkan? sesuatu yang tolol pasti. tapi inilah hidup. ketika sebuah pilihan menentukan pandangan seseorang. homo, bisa dibilang berkembang secara free dan diterima masyarakat pertama kali di Belanda, di Amsterdam tepatnya. monumen ini cukup megah menurutku, ditambah lagi posisinya yang persis ditengah kota kelahiran Eduard Douwes Dekker ini. hal yang paling aneh yang aku temuin disini adalah sepasang lesbian yang tengah bermesraan. LOL.


petualangan kami tak hanya mendapat monumen ini, kami juga dihibur oleh 2 penyanyi jalanan yang memang sangat berbakat, mereka bahkan sampai punya myspace.com! kehidupan seperti ini juga membuatku sadar, betapa nikmatnya hidup ini jika memang benar kita nikmati. yang satu terlihat benar-benar mirip Bon Jovi, sedang lainnya Bob Marley. dugaanku benar, mereka meng-cover lagu kedua penyanyi tersebut. si Bob Marley tiruan membawakan lagu No Woman No Cry. santai, lugas dan cenderung asal-asalan memang lagu ini, tapi baik Bob Marley asli atau KW 2 ini mampu mebawa kami, para pengunjung, menikmati apa yang ia mainkan. lagu kedua, Stand By Me. it's really great. coba kalian dengar di Youtube deh lagu ini. giliran si Bon Jovi, lagu Thank You for Lovin' Me pun melantun mesra dan dilanjutkan dengan lagu It's My Life Accoustic Version. suara yang jernih dan pembawaan yang cool memukau setiap orang yang lewat atau menyaksikannya. mereka hidup dari menyanyi keliling dunia dan mencoba menghibur setiap makhluk yang berada ditengah kota. hal menariknya adalah, mereka juga menjual kepingan CD, suara mereka sendiri.


selanjutnya, ajang yang kutunggu dan selalu kulakukan pun tiba, hunting foto. mungkin di paragraf yang hampir terakhir ini, tak banyak tulisan yang bisa kutulis. aku hanya ingin menampilkan foto-foto ini kepada kalian.







malam ini menjadi malam terakhir petualangan 7 hari ku bersama Radit. kota dimana living the dream, "drugs, sex, alcohol and freedom". sebagian mimpi ku telah terwujud, mimpi yang selalu aku punya. mimpi untuk mengelilingi Eropa, sebuah benua ciptaan Tuhan yang penuh karya dan beragam hal. baik, buruk, tabu, aneh dan semua hal yang belum pernah kulihat telah kudapat sebagian. aku selalu bersyukur kepada Tuhan atas tercapainya mimpi ini. mungkin aku bukan bagian dari Laskar Pelangi. mungkin aku juga bukan sesosok orang yang bisa melakukan apapun yang aku mau. tapi aku punya mimpi, mimpi untuk menaklukan dunia. sebuah mimpi besar, oleh lelaki yang besar, di dunia yang besar...